Senin, 11 Maret 2013

TBC Bukan Cuma di Paru, Otak Hingga Payudara Juga Bisa Kena

Jakarta - Infeksi tuberculosis (TBC atau singkatan resminya TB) tak hanya terjadi di paru-paru. Pada kondisi tertentu seperti misalnya pada AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), infeksi ini juga bisa menyerang organ lain. Organ apa saja?

"Ketika orang dengan HIV positif terinfeksi TB saat kekebalan tubuhnya di bawah 200 (CD4), umumnya lebih banyak TB ekstra paru. Bisa di tulang, otak, organ-organ lain juga bisa terserang TB," kata Daniel Marguari dari Yayasan Spiritia dalam temu media di Hotel Acacia, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (11/3/2013).

Ada banyak organ selain paru yang bisa terinfeksi TB, antara lain sebagai berikut.
1. Tulang

Nyeri dada yang dirasakan pasien TB tidak selalu berasal dari paru-paru meski organ tersebut berada di rongga dada. Dalam beberapa kasus, rasa nyeri berasal dari tulang iga yang telah terinfeksi kuman TB yang menyebar dari paru-paru yang letaknya berdekatan.
2. Otak
Radang selaput otak atau meningitis bisa juga dipicu oleh infeksi kuman TB yang menjalar sampai ke otak. Dalam kondisi seperti ini, membran yang menyelimuti otak bisa mengalami pembengkakan. Akibatnya bisa sangat fatal karena bisa sangat mematikan.
3. Payudara
Mastitis TB atau TB payudara merupakan salah satu bentuk extrapulmonary TB atau infeksi TB yang terjadi di luar paru-paru. Kondisi ini sering meninggalkan bekas luka yang kadang-kadang dikira kanker payudara karena sangat mirip. Karena itu, mastitis TB sering pula dianggap sebagai 'keberuntungan' bagi yang semula didiagnosis kanker payudara.
 4. Jantung

Infeksi kuman TB di jaringan sekitar jantung bisa memicu cardiac tamponade atau penumpukan cairan di jantung. Dampaknya bisa sangat fatal, sebab kerja jantung menjadi tidak optimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
 5. Mata

Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.

"Itu (TB ekstra paru pada pasien HIV) lebih karena terjadi penurunan daya tahan tubuh, sehingga kemungkinan terjadi di mana-mana akan lebih sering ketimbang orang yang daya tubuhnya turun tidak karena HIV (yang penurunannya memang sangat besar)," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K).

(dikutip dari health.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar