Manchester United semakin memantapkan posisinyadi puncak klasemen.
Melalui gol tunggal Wayne Rooney, mereka berhasil mengalahkan Reading di
pekan ke-30, Sabtu (16/3) malam.
Dengan kemenangan ini, plus
kekalahan Manchester City dari Everton, "Setan Merah" memperlebar jarak
dengan tetangga sekaligus rival utamanya itu menjadi 15 poin.
Kemenangan
ini juga semakin menegaskan dominasi MU di Liga Inggris. Dalam 17
pertandingan terakhirnya mereka membukukan 15 kemenangan dan 2 hasil
imbang. Di liga mereka sepert sudah lupa arti kalah, karena terakhir
kali mengecapnya adalah 17 November lalu (0-1 dari Norwich City), alias
hampir empat bulan silam.
Sementara untuk Reading, hasil ini
seakan memperburuk peluang mereka untuk lolos dari zona degradasi. Dalam
5 pertandingan terakhirnya mereka selalu menelan pil pahit karena kalah
dari lawan-lawannya.
Walau menang, MU tidak tampil dominan atau
menguasai permainan. Reading tampil dengan pertahanan terorganisir
sehingga para pemain MU jarang bisa menembus kotak penalti. Dari 16
peluang MU, hanya 5 yang dihasilkan di dalam kotak penalti Reading, dan
semuanya off-target. Satu-satunya gol yang tercipta pun lahir dari defleksi tendangan Rooney.
Namun,
menang tanpa bermain cantik seakan sudah jadi ciri khas MU musim ini.
Berkali-kali mereka menunjukkan kepada para pecinta sepakbola bahwa DNA
menang sudah kadung ada dalam diri mereka. Bagaimanapun caranya, saat
peluit panjang dibunyikan di akhir pertandingan, mereka yang akan keluar
lapangan dengan mengangkat kepala.
Utak-Atik Formasi Ferguson
Salah
satu pujian yang bisa dialamatkan pada Alex Ferguson musim ini adalah
bagaimana ia meracik tim yang berbeda dari pertandingan ke pertandingan,
namun tetap bisa meraih kemenangan. Istilah "don't change the winning team" pun seakan tak berlaku untuk The Red Devils. Memang, Ferguson sendiri diuntungkan dengan kedalaman skuat yang mumpuni dan merata antarlini.
Hal
ini jelas terlihat dari pemilihan dua orang pemain tengahnya. Dalam
empat pertandingan terakhir, Ferguson memilih empat kombinasi yang
berbeda untuk mengawal poros tengahnya, yaitu Giggs-Carrick (versus
QPR), Anderson-Carrick (vs Norwich), Cleverley-Carrick-Giggs (vs
Madrid), Cleverley-Carrick (vs Chelsea)
Dalam pertandingan
semalam, pelatih asal Skotlandia ini pun kembali mengganti kombinasi
terakhir dan memasangkan Anderson dan Giggs di lini tengah.
Uniknya,
tidak ada pembagian peran yang signifikan dalam diri kedua pemain ini.
Masing-masing akan bertahan juga mengalirkan bola melalui umpan pendek
maupun panjang. Perbedaannya hanya terletak di posisi dan pergerakan.
Giggs bermain lebih dekat ke lini depan yang dihuni oleh
Rooney-Wellbeck-Van Persie, sementara Anderson ke lini bertahan.
Namun,
dengan memainkan Giggs, MU diuntungkan dengan adanya pemain yang bisa
mengisi sisi sayap lapangan jika terjadi kekosongan. Beberapa kali saat
Welbeck menusuk masuk ke kotak penalti, Giggs akan bergerak naik ke
sayap kanan dan mengisi ruang yang ditinggalkan. Tiga umpan silang yang
dihasilkan oleh pemain gaek itu pun berasal dari sisi lapangan ini.
Merangseknya
Welbeck, yang ditempatkan di sisi kanan lapangan, ke dalam kotak
penalti acap kali disebabkan karena Van Persie yang bermain terlalu
dalam. Bahkan dari 5 kali percobaan ke arah gawang yang dilakukan oleh
Van Persie, 4 di antaranya dari luar kotak penalti. Tanpa gol lagi, itu
berarti penyerang Belanda ini baru mencetak satu gol dalam 10 laga
terakhirnya.
Selain
Van Persie, Rooney pun bermain lebih dalam dari biasanya. Ia bahkan
lebih efektif bermain di lini tengah, terutama saat Ryan Giggs bergerak
naik.
Namun penempatan Van Persie dan Rooney ini berarti dua orang center-back Reading
sering tertarik keluar untuk menjaga keduanya. Hal ini membuka ruang
untuk Ashley Young dan Buttner menusuk masuk dalam kotak penalti.
Young
dan Buttner yang mampu merangsek dari sayap juga terjadi karena Reading
sering menyerang melalui kombinasi Hal-Robson Kanu dan bek kanan
Stephen Kelly.
Terlepas dari hal tersebut, lini pertahanan
Reading yang dikawal oleh duet Alex Pearce dan Adrian Mariappa bermain
sangat rapih dan terorganisir. Tiap bola yang datang ke area pertahanan
akan segera dihalau oleh kedua center-back, sementara
Leigertwood, Karacan, dan Jobi McAnuff akan merebut bola dari kaki
pemain MU. Leigertwood dan McAnuff akan berhadapan dengan Wellbeck dan
Rooney, sementara Karacan berduel dengan Anderson.
Ketiga pemain
tengah ini kerap melakukan tekel saat pemain MU baru saja memasuki
daerah sepertiga lapangan terakhir Reading. Kerja ketiganya memudahkan
Pearce untuk membuang bola. Nama terakhir tampil dominan dengan
mencatatkan 11 kali clearance. Pearce mampu menjaga ruang kosong yang
ditinggalkan Kelly yang beranjak naik untuk menyerang.
Permainan Berkutat di Lini Tengah
Satu hal yang menarik diamati dalam pertandingan ini adalah kedua tim yang jarang melakukan pressing di lini tengah. Baik Reading maupun MU membiarkan saja lawannya membawa bola dan melakukan passing-passing di poros tengah.
Saat
bola memasuki sepertiga lapangan terakhir, barulah pemain tengah maupun
bek menghalau bola untuk tidak memasuki kotak penalti. Hal ini
menyebabkan bola banyak berputar di lini tengah.
Padunya Lini Belakang MU
Anderson, Giggs, ataupun Rooney yang jarang melakukan pressing di lini tengah berarti Reading leluasa untuk memasuki daerah sepertiga pertahanan MU.
Untuk
menghadapi hal ini, lini belakang MU lebih sabar dalam mengundang
pemain Reading masuk mendekati kotak penalti untuk kemudian melakukan clearance. Bahkan,
seperti halnya lini tengahnya, keempat bek MU terlihat jarang sekali
melakukan pressing untuk merebut bola dari kaki lawan.
Namun hal
ini bukan berarti pemain Reading mudah mempenetrasi kotak penalti
lawannya. Patut diakui, di pertandingan ini bek-bek MU menunjukkan
kemampuan membaca aliran bola dan posisi lawan yang sangat baik. Mereka
pun bisa menutup pergerakan sesama pemain belakang secara apik dan
rapih. Total 54 kali clearance dihasilkan oleh MU semalam, dengan 38 di antaranya dilakukan oleh keempat bek.
Reading
sendiri terhitung hanya memiliki satu peluang baik untuk menjebol
gawang MU, yaitu saat Hal-Robson Kanu melancarkan tendangan dari luar
kotak penalti.
Penampilan Sempurna Rio Ferdinand
Acungan
jempol patut diberikan kepada bek berusia 34 tahun ini. Selain berhasil
menjaga lini bertahan MU dengan baik, ia pun bisa menciptakan dua
peluang emas bagi MU.
Di menit ke-14 tendangan Ashley Young yang
mengarah ke tiang jauh berasal dari umpan lambung Ferdinand. Sementara
itu, gol yang diciptakan Rooney pun berasal dari kemampuannya untuk
berlari membawa bola dan memanfaatkan ruang kosong di antara lini tengah
Reading.
Hal ini seakan mengingatkan suporter MU pada gaya
bermainnya sebelum terkena cedera punggung. Juga untuk memberi sinyal
kepada Roy Hodgson, yang sedang mempersiapkan skuat timnas Inggris,
bahwa di lapangan hijau ia belum habis.
==
* Akun twitter penulis: @vetriciawizach @panditfootball
(dikutip dari sport.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar