Jumat, 15 Maret 2013

Mendeteksi Anak Cacingan dengan Mengubah Ponsel Jadi Mikroskop

Jakarta, Keterbatasan membuat orang menjadi kreatif. Begitulah prinsip beberapa ilmuwan dari Toronto General Hospital. Dengan menambahkan sebuah lensa, mereka mengubah telepon seluler menjadi mikroskop sederhana untuk memeriksa tanda-tanda cacingan di Afrika.

Masalah klasik yang dialami negara berkembang di bidang kesehatan adalah selain kekurangan dokter, sulitnya akses ke fasilitas kesehatan di daerah pelosok masih menjadi kendala. Minimnya fasilitas untuk melakukan analisis darah dan kimia juga menambah pelik karena tidak ada mikroskop.

Di sisi lain, konsumsi gadget di Afrika nampaknya semakin meningkat. Diperkirakan, penetrasi penjualan ponsel di sana adalah sekitar 20 persen. Bahkan sistem uang yang dijalankan melalui ponsel lebih maju daripada di Amerika saat ini. Nah, ilmuwan lantas mencoba menggunakan gadget ini untuk mengatasi permasalahan medis tersebut.

Dengan memasang lensa seharga US$ 8 atau sekitar RP 77 ribu pada kamera ponsel, ilmuwan bisa mengubah sebuah ponsel murah menjadi mikroskop beresolusi tinggi yang kompleks. Efektifitas metode ini untuk mendiagnosa cacingan pada anak-anak Afrika sudah dilaporkan dalam American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.

Cacingan diperkirakan dialami oleh sekitar 2 miliar orang di dunia atau sekitar 28 persen populasi dunia. Para peneliti mengambil foto sampel tinja menggunakan slide kaca yang dibungkus plastik. Foto-foto tersebut lalu dianalisis untuk melihat keberadaan telur cacing yang mengindikasikan adanya infeksi cacing di dalam usus.

Ketika hasil analisis dari mikroskop ponsel dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop laboratorium, ternyata tingkat keakuratannya cukup tinggi. Mikroskop ponsel memiliki tingkat keakuratan sebesar 70 persen dalam mendiagnosis infeksi umum dan 90 persen akurat dalam mendiagnosis infeksi serius.

"Alasan infeksi buruk memiliki akurasi diagnosis lebih tinggi karena telur yang ada dalam sampel jauh lebih banyak. Infeksi parasit ini menyebabkan malnutrisi, hambatan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental," kata peneliti, Dr Isaac Bogoch seperti dilansir Medical Daily, Jumat (15/3/2013).

(dikutip dari health.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar